Monday, 1 June 2015

There’s No Coincidence in Life..? Kalo Aku sih Iyeesss,, Gak Tau Kalo Mas Anang.. :D

Oke. Saat ini aku ingin menumpahkan semua uneg2ku. Bukan unek2 sih hanya saja pelepasan emosi. Yang kurangkum menjadi satu. Tentang proyek skripsiku, dan banyak hal di dalamnya. Perjalanan panjang yang menguras waktu, tenaga dan pikiran. Sangat. Setidaknya bagiku.

Awal dimulai dengan pencarian dosen pembimbing. Seolah-olah dengan minimnya jumlah dosen di kampus kami, jumlah mahasiswa yang akan skripsi serta batasan jumlah maksimal pemimbingan per dosen menjadi momok bagi mahasiswa, saling berebut untuk memperoleh dosbing. Begitupun aku. Awal aku mengambil start dengan memilih Pak Nur Mochlas tuk menjadi dosbingku. Tak ada pertimbangan apapun. Its all just about my feeling. I was sure he could guide me, he could give a better advice for my project. Bagi sebagian anak, pencarian dosen ini seperti ladang pertempuran. Dan bagiku, *yang mungkin polos kali ya?*, adalah ajang tuk saling membantu informasi dan apapun tuk memperoleh dosbing. Mengantongi hasil percakapan dg Pak Nur Mochlas, aku membuka peluang bagi yang juga tertarik. Alhasil ada total 12 mahasiswa yang tertarik, dan maksimal hanya 6 mahasiswa yg berhak dibimbing oleh satu dosen. Pemilihan, beliau tak mau menentukan, dan akhirnya kami sepakat mengocok nama dlm secarik kertas. Aku skeptis dengan sistem itu, melihat peruntunganku dalam hal undian slalu jelek. Haha. Tapi aku pasrah, apapun itu insya Allah, yakinkan diri, itu hal yg terbaik bagiku. Bismillah. Hasilnya? Of course, seperti perkiraanku di awal.

Saat itu merasa terpukul. How come? Akhirnya dengan kerisauan nasib ke depan, aku memborbardir frustasi menghubungi dosen2 yang ku pilih acak. Haha, aku memang panikan. Sebagian menolak, sebagian menggantung. Total ada 6 dosen yang kuhubungi, dan memang aku belum sreg dg mereka. Entah beda pemikiran, even aku hanya tau namanya belum tahu rupa wajahnya, pola pikirnya, dll. Akhirnya ku merenung. Bahwa ini bukan perlombaan, dan aku bukan ingin cari aman “yang penting dapat dosbing”. So, i was cooling down and tried to be calm. Kembali mengolah lagi soal rasa. Ya, dalam suatu kasus aku sangat amat rasional dan mengambil keputusan dengan logika ilmu. Tapi untuk hal2 seperti ini, aku slalu mengandalkan feeling. Haha. Karna aku akan mengerjakan penelitian ini dengan hati.

Suatu saat suamiku, yg biasanya cool, bisa mjd heboh saat pulang kuliah. Ia menyeretku paksa ke kampus untuk mengobrol dengan dosennya. Aku, yang masih enggan tuk bersentuhan dengan segala tetek bengek dosbing, dan masih berkontemplasi, tak mampu menolak. Kuhanya bisa berkata, bahwa pertemuan ini hanyalah diskusi belaka. Bukan untuk membahas mengenai ide judulku dan beliau sebagai dosbingku. Ternyata, pertemuan kami seru. Beliau mengapresiasi ideku.. bahkan dua pemikiranku..*meski sangat mentah dan jauh dr sempurna*.. Kami diskusi seru, meski ada beberapa perbedaan pemikiran antara kami, yang kuutarakan berbeda dengan penangkapan beliau. Malamnya, meski sibuk dengan dua jagoanku, aku kembali merenungi pertemuan kami siang itu. Mengaktifkan juga naluriku, hatiku. Dan kumantapkan saat itu, entah atas dasar apa, namun kuyakinkan diri, bahwa beliau dosbing yang tepat bagiku. Masalahnya, apakah beliau bersedia mjd dosbing? Yang sebelumnya beliau belum pernah mjd dosbing di kampus ini. Yang tadi siang kami hanya berbagi ide. Big question for me. Karena respon beliau pd sms permintaanku tsb sangat lambat. Jika aku berjodoh dg dosen itu, maka aku yakin Allah akan mempermudah. Jika tidak, maka pengembaraanku akan masih berlanjut. Finally, he accepted my request. Yiayy.

Pak Agus Hekso namanya. Beliau pemikirannya sangat simpel. Menyederhanakan yang rumit. Walau saya, dan teman bimbingan lain, kadang suka mebuat rumit penelitian kami. Haha. Semacam kami masih minder dengan penelitian kami, yang kami pikir, masih ecek-ecek dan biasa dibanding teman2 lain yang. *oke, coret Kharisma, karna dia sudah well prepared in everything*. well, setidaknya melihat dari bahasan dan judulnya teman2 lain sih wow. Haha. Semacam krisis kepercayaan diri. Dan rasa kepercayaan diri ini semakin terkikis saat aku melakukan brainstorming semua rencana ide2ku. Yang ternyata bertumbangan satu per satu *dalam minilabku, bukan saat diskusi dengan dosbing,haha*. Total ada sekitar 6 judul yang bisa dibilang mogok sebelum masuk start. Lebih disebabkan ketakutanku akan hal yang belum terjadi. Oh, shame on me!! Dan hal yang kusuka dan kupetik pelajaran dari beliau, beliau sama sekali  tak pernah mencela ide2ku, slalu mengapresiasi dan mempush bahwa ini bisa dijalankan, bahwa tak perlu muluk untuk memulai dan mengembangkan ide. Bahwa setidaknya, cobalah untuk mulai mengurai kata dan mengalirlah. Baru perbaiki compang camping di sana sini. Singkat kata, aku kalah dengan ketakutanku sendiri. I hate my self at that time.

Selanjutnya, aku bertemu dosen lain, yg kebetulan mjd dosen suamiku di smester itu. Dan nanti akan kusadari, bahwa beliau akan mjd dosen kpo ku. Dosen yang katanya, menjadi horor bagi para mahasiswa karena sering menolak judul penelitian, atau menganggap kurang memadai dan perlu perombakan besar. Aku ingin mengetahui pola pikirnya. Dengan mengantongi satu judul baruku.. *rencana judul ketujuh, haha..* aku menemuinya. N U know what? Bahkan aku baru introduction 2 kalimat mengenai ideku, beliau langsung cut dan menceramahiku akan hal mendasar dalam penelitian, alur logika berpikir, serta mengambil ide suatu jurnal yang “terpercaya”. Kata2nya santai, diselingi tawa, namun menusuk dalam di hatiku. Mak jleb. Judul ketujuhku? Jauh panggang dari api. Alur logika dalam pengambilan model salah kaprah. Hari itu, aku belajar mengenai bagaimana mengambil judul yang baik, dengan metode dan alur logika yg benar *setidaknya menurut beliau, krn pendapat tiap dosen kdg beda bahkan bersinggungan*. Tapi setidaknya, aku belajar dulu dari yg terbaik..eh apa belajar dr yg “ditakuti” mahasiswa? Haha.

Selama sebulan itu, aku berpindah dari satu dosen ke dosen lain, berusaha menambah ilmu tentang pola pikir mereka dalam membuat penelitian. Semua kurangkum jadi satu. *iya,, aku bolos 7 pertemuan makul metolit krn “cuti” melahirkan* Dan setelah merasa cukup, aku brainstorming lagi, namun pakai sistem terbalik. Mencari jurnal terlebih dahulu, haha. Dan cheatingnya, mencari jurnal yg kuantitatif dg regresi agar bisa kureplikasi langsung. Wkwk. Ada beberapa jurnal yg kudapat, dan bisa kuangkat. Namun masih belum puas, ku mencari. Kharis menawari jurnal yg dia temukan sebelumnya. Dan ketika kulihat, bisa nih dipraktekkan karena nyuplik model langsung *main aman,haha* serta objek penelitian tidak terlalu menjadi perdebatan dosen maupun sekre dg pembatasan2 penelitian yg akan diangkat. Dibanding rencana judul dr jurnal intl yg akan kuangkat, ttg bagaimana administrasi pajak negara berkembang *dlm hal ini Indonesia*, persepsi wp thd kepatuhan pajak, efek etax pada tax evation dan mencegah perilaku korupsi. Jika judul ini bisa diangkat, maka 3 rencana judul itu, siapa tahu bisa untuk suamiku semester berikutnya, hehe.

Sebulan berikutnya, ku membuat proposal penelitian. Membaca ulang, memperbaiki yg kurang. Bertemu dosbing. Begitu terus hingga bosan. Hingga ku merasa sepertinya sudah saatnya tuk seminar outline. Dosen KPO pasti bisa melihat byk kekurangan dan bs beri masukan, yg buatku sudah stuck, bingung mau memperbaiki apa lagi. Bismillah. Mendaftar seminggu yg lalu, 25 Mei 2015. Pada 28 Mei, sekre mengumumkan kalau dosen PKO ku adlh Pak Riko *iya, beliau dosen yg kuceritakan di awal* dan Bu Arifah *dosen favoritku, karna cantiknya, ilmunya dan pintar penyampaiannya dlm kuliah..hehe* 
Pas lihat daftar, hanya bergeming, mengheningkan cipta. Wkwkwk. Secara dua dosen itu kan “ditakuti” karna standarnya oke. Aku stres awalnya, haha. Saking stresnya aku ga ngapa2in. Wkwk. Memori hilang satu per satu ttg materi. 29 Mei, rencana seminar outlineku, tapi akhirnya diundur krn Pak Riko berhalangan. Senin, 1 Juni, iya, kemarin, aku akhirnya sidang KPO bersama 3 teman lainnya. Dan, penyampaian aku benar2 cepat2 karna hanya diberi waktu 10 menit. Masukan dosbing? Aku seakan lost from the classroom, saking shocknya model penelitian dikritik, dan parahnyaaaa,,, aku melihat di model pertama, padahal aku mengambil model yg kedua di bawah. Stupid!!! Aku merutuki diriku sesampainya di rumah. Beneran deh. Orang grogi itu benar2 tak bisa fokus saat tampil, dan itu aku kemarin. Tapi semalam, aku bersyukur bertemu dua dosen tsb. Manfaatkan momen ini untuk memperbaiki penelitianku yg jauh dari kata bagus, apalagi sempurna.. Mungkin ini jawaban doaku, usahaku, rasa frustasiku, untuk menghasilkan penelitian yg baik. : )

See? Mungkin Law attraction yang beberapa waktu lalu sempat kuobrolin dg Maam dan ada beda pendapat ttg definisinya, haha, itu masih berlaku. Yg menurutku, itu adalah bagaimana alam (dan Allah tentunya) berusaha membantu doa, usaha dan keinginan kita baik di alam sadar dan di alam bawah sadar. Aku ingin mlakukan penelitian yg baik dan benar, dan Allah mengaturnya dengan mempertemukanku dengan orang2 hebat. Yang mungkin saat hal itu terjadi, atau apapun yg terjadi saat itu, yang hasilnya mungkin di luar harapanku, yang perjalanannya penuh liku, itu semua adalah proses bagiku untuk meraih keinginanku. Tinggal apakah aku memanfaatkan momen itu, mengambil pelajaran dari momen itu, atau tidak. Jadi, mari kita beraksi lagi. Lakukan yang terbaik, sisanya biarlah yang berwenang yang menentukan. Kita lakukan yang menjadi kewenangan kita. Bismillah.



= Selasa, 2 Juni 2015, 7:34 am=

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...