Oke. Saat ini aku ingin menumpahkan semua uneg2ku. Bukan
unek2 sih hanya saja pelepasan emosi. Yang kurangkum menjadi satu. Tentang
proyek skripsiku, dan banyak hal di dalamnya. Perjalanan panjang yang menguras
waktu, tenaga dan pikiran. Sangat. Setidaknya bagiku.
Awal dimulai dengan pencarian dosen pembimbing. Seolah-olah
dengan minimnya jumlah dosen di kampus kami, jumlah mahasiswa yang akan skripsi
serta batasan jumlah maksimal pemimbingan per dosen menjadi momok bagi
mahasiswa, saling berebut untuk memperoleh dosbing. Begitupun aku. Awal aku
mengambil start dengan memilih Pak Nur Mochlas tuk menjadi dosbingku. Tak ada
pertimbangan apapun. Its all just about my feeling. I was sure he could
guide me, he could give a better advice for my project. Bagi sebagian anak,
pencarian dosen ini seperti ladang pertempuran. Dan bagiku, *yang mungkin polos
kali ya?*, adalah ajang tuk saling membantu informasi dan apapun tuk memperoleh
dosbing. Mengantongi hasil percakapan dg Pak Nur Mochlas, aku membuka
peluang bagi yang juga tertarik. Alhasil ada total 12 mahasiswa yang tertarik,
dan maksimal hanya 6 mahasiswa yg berhak dibimbing oleh satu dosen. Pemilihan,
beliau tak mau menentukan, dan akhirnya kami sepakat mengocok nama dlm secarik
kertas. Aku skeptis dengan sistem itu, melihat peruntunganku dalam hal undian
slalu jelek. Haha. Tapi aku pasrah, apapun itu insya Allah, yakinkan diri, itu
hal yg terbaik bagiku. Bismillah. Hasilnya? Of course, seperti
perkiraanku di awal.
Saat itu merasa terpukul. How come? Akhirnya dengan
kerisauan nasib ke depan, aku memborbardir frustasi menghubungi dosen2 yang ku
pilih acak. Haha, aku memang panikan. Sebagian menolak, sebagian menggantung.
Total ada 6 dosen yang kuhubungi, dan memang aku belum sreg dg mereka. Entah
beda pemikiran, even aku hanya tau namanya belum tahu rupa wajahnya,
pola pikirnya, dll. Akhirnya ku merenung. Bahwa ini bukan perlombaan, dan aku
bukan ingin cari aman “yang penting dapat dosbing”. So, i was cooling down
and tried to be calm. Kembali mengolah lagi soal rasa. Ya, dalam suatu
kasus aku sangat amat rasional dan mengambil keputusan dengan logika ilmu. Tapi
untuk hal2 seperti ini, aku slalu mengandalkan feeling. Haha. Karna aku
akan mengerjakan penelitian ini dengan hati.
Suatu saat suamiku, yg biasanya cool, bisa mjd heboh
saat pulang kuliah. Ia menyeretku paksa ke kampus untuk mengobrol dengan
dosennya. Aku, yang masih enggan tuk bersentuhan dengan segala tetek bengek
dosbing, dan masih berkontemplasi, tak mampu menolak. Kuhanya bisa berkata,
bahwa pertemuan ini hanyalah diskusi belaka. Bukan untuk membahas mengenai ide
judulku dan beliau sebagai dosbingku. Ternyata, pertemuan kami seru. Beliau
mengapresiasi ideku.. bahkan dua pemikiranku..*meski sangat mentah dan jauh dr
sempurna*.. Kami diskusi seru, meski ada beberapa perbedaan pemikiran antara
kami, yang kuutarakan berbeda dengan penangkapan beliau. Malamnya, meski sibuk
dengan dua jagoanku, aku kembali merenungi pertemuan kami siang itu. Mengaktifkan
juga naluriku, hatiku. Dan kumantapkan saat itu, entah atas dasar apa, namun
kuyakinkan diri, bahwa beliau dosbing yang tepat bagiku. Masalahnya, apakah
beliau bersedia mjd dosbing? Yang sebelumnya beliau belum pernah mjd dosbing di
kampus ini. Yang tadi siang kami hanya berbagi ide. Big question for me.
Karena respon beliau pd sms permintaanku tsb sangat lambat. Jika aku berjodoh
dg dosen itu, maka aku yakin Allah akan mempermudah. Jika tidak, maka
pengembaraanku akan masih berlanjut. Finally, he accepted my request. Yiayy.
Pak Agus Hekso namanya. Beliau pemikirannya sangat simpel.
Menyederhanakan yang rumit. Walau saya, dan teman bimbingan lain, kadang suka
mebuat rumit penelitian kami. Haha. Semacam kami masih minder dengan penelitian
kami, yang kami pikir, masih ecek-ecek dan biasa dibanding teman2 lain yang. *oke,
coret Kharisma, karna dia sudah well prepared in everything*. well,
setidaknya melihat dari bahasan dan judulnya teman2 lain sih wow. Haha. Semacam
krisis kepercayaan diri. Dan rasa kepercayaan diri ini semakin terkikis saat
aku melakukan brainstorming semua rencana ide2ku. Yang ternyata
bertumbangan satu per satu *dalam minilabku, bukan saat diskusi dengan
dosbing,haha*. Total ada sekitar 6 judul yang bisa dibilang mogok sebelum masuk
start. Lebih disebabkan ketakutanku akan hal yang belum terjadi. Oh, shame
on me!! Dan hal yang kusuka dan kupetik pelajaran dari beliau, beliau sama
sekali tak pernah mencela ide2ku, slalu
mengapresiasi dan mempush bahwa ini bisa dijalankan, bahwa tak perlu
muluk untuk memulai dan mengembangkan ide. Bahwa setidaknya, cobalah untuk mulai
mengurai kata dan mengalirlah. Baru perbaiki compang camping di sana sini. Singkat
kata, aku kalah dengan ketakutanku sendiri. I hate my self at that time.
Selanjutnya, aku bertemu dosen lain, yg kebetulan mjd dosen
suamiku di smester itu. Dan nanti akan kusadari, bahwa beliau akan mjd dosen
kpo ku. Dosen yang katanya, menjadi horor bagi para mahasiswa karena sering
menolak judul penelitian, atau menganggap kurang memadai dan perlu perombakan
besar. Aku ingin mengetahui pola pikirnya. Dengan mengantongi satu judul
baruku.. *rencana judul ketujuh, haha..* aku menemuinya. N U know what?
Bahkan aku baru introduction 2 kalimat mengenai ideku, beliau langsung cut
dan menceramahiku akan hal mendasar dalam penelitian, alur logika berpikir,
serta mengambil ide suatu jurnal yang “terpercaya”. Kata2nya santai, diselingi
tawa, namun menusuk dalam di hatiku. Mak jleb. Judul ketujuhku? Jauh panggang
dari api. Alur logika dalam pengambilan model salah kaprah. Hari itu, aku
belajar mengenai bagaimana mengambil judul yang baik, dengan metode dan alur
logika yg benar *setidaknya menurut beliau, krn pendapat tiap dosen kdg beda
bahkan bersinggungan*. Tapi setidaknya, aku belajar dulu dari yg terbaik..eh
apa belajar dr yg “ditakuti” mahasiswa? Haha.
Selama sebulan itu, aku berpindah dari satu dosen ke dosen
lain, berusaha menambah ilmu tentang pola pikir mereka dalam membuat
penelitian. Semua kurangkum jadi satu. *iya,, aku bolos 7 pertemuan makul
metolit krn “cuti” melahirkan* Dan setelah merasa cukup, aku brainstorming
lagi, namun pakai sistem terbalik. Mencari jurnal terlebih dahulu, haha. Dan cheatingnya,
mencari jurnal yg kuantitatif dg regresi agar bisa kureplikasi langsung. Wkwk.
Ada beberapa jurnal yg kudapat, dan bisa kuangkat. Namun masih belum puas, ku
mencari. Kharis menawari jurnal yg dia temukan sebelumnya. Dan ketika kulihat,
bisa nih dipraktekkan karena nyuplik model langsung *main aman,haha* serta
objek penelitian tidak terlalu menjadi perdebatan dosen maupun sekre dg
pembatasan2 penelitian yg akan diangkat. Dibanding rencana judul dr jurnal intl
yg akan kuangkat, ttg bagaimana administrasi pajak negara berkembang *dlm hal ini Indonesia*, persepsi wp thd kepatuhan
pajak, efek etax pada tax evation dan mencegah perilaku korupsi. Jika judul ini bisa diangkat, maka 3
rencana judul itu, siapa tahu bisa untuk suamiku semester berikutnya, hehe.
Sebulan berikutnya, ku membuat proposal penelitian. Membaca
ulang, memperbaiki yg kurang. Bertemu dosbing. Begitu terus hingga bosan.
Hingga ku merasa sepertinya sudah saatnya tuk seminar outline. Dosen KPO pasti
bisa melihat byk kekurangan dan bs beri masukan, yg buatku sudah stuck, bingung
mau memperbaiki apa lagi. Bismillah. Mendaftar seminggu yg lalu, 25 Mei 2015.
Pada 28 Mei, sekre mengumumkan kalau dosen PKO ku adlh Pak Riko *iya, beliau
dosen yg kuceritakan di awal* dan Bu Arifah *dosen favoritku, karna cantiknya,
ilmunya dan pintar penyampaiannya dlm kuliah..hehe*
Pas lihat daftar, hanya bergeming,
mengheningkan cipta. Wkwkwk. Secara dua dosen itu kan “ditakuti” karna
standarnya oke. Aku stres awalnya, haha. Saking stresnya aku ga ngapa2in. Wkwk.
Memori hilang satu per satu ttg materi. 29 Mei, rencana seminar outlineku, tapi
akhirnya diundur krn Pak Riko berhalangan. Senin, 1 Juni, iya, kemarin, aku
akhirnya sidang KPO bersama 3 teman lainnya. Dan, penyampaian aku benar2 cepat2
karna hanya diberi waktu 10 menit. Masukan dosbing? Aku seakan lost from the
classroom, saking shocknya model penelitian dikritik, dan
parahnyaaaa,,, aku melihat di model pertama, padahal aku mengambil model yg
kedua di bawah. Stupid!!! Aku merutuki diriku sesampainya di rumah.
Beneran deh. Orang grogi itu benar2 tak bisa fokus saat tampil, dan itu aku
kemarin. Tapi semalam, aku bersyukur bertemu dua dosen tsb. Manfaatkan momen
ini untuk memperbaiki penelitianku yg jauh dari kata bagus, apalagi sempurna..
Mungkin ini jawaban doaku, usahaku, rasa frustasiku, untuk menghasilkan
penelitian yg baik. : )
See? Mungkin Law attraction yang beberapa
waktu lalu sempat kuobrolin dg Maam dan ada beda pendapat ttg definisinya, haha,
itu masih berlaku. Yg menurutku, itu adalah bagaimana alam (dan Allah tentunya)
berusaha membantu doa, usaha dan keinginan kita baik di alam sadar dan di alam
bawah sadar. Aku ingin mlakukan penelitian yg baik dan benar, dan Allah
mengaturnya dengan mempertemukanku dengan orang2 hebat. Yang mungkin saat hal
itu terjadi, atau apapun yg terjadi saat itu, yang hasilnya mungkin di luar
harapanku, yang perjalanannya penuh liku, itu semua adalah proses bagiku untuk
meraih keinginanku. Tinggal apakah aku memanfaatkan momen itu, mengambil
pelajaran dari momen itu, atau tidak. Jadi, mari kita beraksi lagi. Lakukan
yang terbaik, sisanya biarlah yang berwenang yang menentukan. Kita lakukan yang
menjadi kewenangan kita. Bismillah.
= Selasa, 2 Juni 2015, 7:34 am=