Monday, 17 June 2013

Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b [Part 2]

Oke, ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, tentang Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b hasil report dari kajian kemarin di kampus bersama Pak Ahmad Gozali. Juga ada tambahan info dari saia agar lebih lengkap, karena beliau hanya menjelaskan sepotong2. Untuk bagian kedua ini, saia lebih menekankan pada manajemen tabungan gaji untuk investasi. Mari kita simak lagi, semoga tulisan ini bermanfaat. =)

 

Bentuk Dana Cadangan
Ya, sangat disarankan (dan harus) setiap keluarga memiliki dana cadangan yang diendapkan. Sebagai jaga-jaga apabila ada keadan force majeur. Menurut banyak financial planner sih idealnya diendapkan sebesar 3x biaya pengeluaran bulanan. Namun keluarga kami, kami dari awal sepakat harus memiliki endapan dana cadangan sebesar 6x biaya pengeluaran bulanan. Semuanya bisa2 saja, tergantung seni keuangan tiap keluarga, namun paling minim 3x biaya bulanan ya.. Sehingga misal ada suatu kejadian, orang tua maupun keluarga sakit/meninggal, pencari nafkah dipecat/keluar kerja, atau wiraswasta yang terkena dampak krisis, dll, kita masih ada cadangan dana untuk membiayai itu semua dan masih ada “harapan hidup” untuk 3 bulan ke depan “tanpa bekerja”.

Mengelola Dana Sebagai Investasi
Setelah kita memiliki dana cadangan yang diendapkan tersebut, dan seiring waktu berjalan, ada tabungan berlebih dari dana cadangan, alangkah lebih baik untuk diinvestasikan. Karena jika hanya ditabung saja di rekening bank, maka tidak akan bisa melindungi nilai uang kita dari pengaruh inflasi.

 

Saya ilustrasikan dengan pelajaran Mankeu akuntansi ya,hehehe.. *mahasiswa akuntansi sejati neh,wkwkwk :
Tabungan : memberikan bunga 4%
Inflasi di Indonesia, sekitar : 6 – 6,5% *apalagi kan sekarang BBM naik, menjelang puasa, jd inflasi akan lebih tinggi
Nah, berarti, jika uang kita “dianggurkan” di rekening bank, maka uang kita akan tergerus nilainya sebesar: 6,5% - 4% = 2,5% *masih ingat kan pelajaran time value of money, dimana uang sekarang lebih bernilai dibanding uang yang sama di masa mendatang

Misal akhirnya uang tersebut didepositokan, dengan bunga deposito biasanya 6 – 8%, ambil saja angka 8% ya..
Tabungan deposito : 8%
Inflasi : 6,5%
Setidaknya, nilai uang kita di masa depan terlindungi, bahkan ada tambahan return sebeasr 8% - 6,5% yaitu 1,5%

 

Langkah Memulai Investasi “Pasif”
Ya, yang Pak Ahmad Gozali terangkan disini, hanya sebatas suatu investasi yang tak langsung berhubungan dengan sektor riil, hanya sebatas bermain di deposito, saham, reksadana, dkk.

Tapi yang saya tekankan disini, terserah kita mau investasi sektor riil atau bukan, yang penting harus dipahami bahwa setiap keputusan pasti ada risikonya. Mengutip pelajaran Manajemen Keuangan, tentang  risk return trade off, bahwa high risk-high return dan slow risk-slow return. Jadi ya, bijak dan hati2lah dalam berinvestasi. Kadang orang sudah tergiur akan banyak motivator tentang beli properti gratis, berkebun emas, asuransi unit-link, dll yang hanya melihat dari sisi manisnya, kurang mempelajari dari aspek risikonya. Banyak yang sudah jatuh ke jeratan hutang, stres dan kekecewaan akibat kurang mempelajari lebih mendalam. :’(
**Back to the topic, malah ngalor ngidul sayah ^^,

 

Tentukan Tujuan Investasi
Yup, investasi bukan semata untuk mendapatkan return of rate, tapi juga harus tahu tujuan yang ingin kita capai dalam berinvestasi, sehingga bisa memilih dan memilah mana investasi yang cocok. Contoh tujuan investasi ialah: untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, kepemilikan rumah/kendaraan, rencana waris, ibadah haji, dll. Nah setelah tahu tujuannya, barulah dipertimbangkan, mana saja instrumen investasi yang cocok untuk meencapai tujuan kita.

 

Sebagai contoh, dana pendidikan anak: anak sekarang umur berapa sih? Misal Almandaffa yang masih berusia < 2 tahun. Rencana investasi untuk membiayai masuk SD kelak. Artinya masih ada waktu sekitar 5 tahun untuk “menabung”, maka ambillah investasi jangka menengah. Investasi jangka menengah, diantaranya: emas, saham, reksadana pendapatan tetap.

Bermacam Jenis Investasi
Nah, setelah tahu tujuan investasi dan perkiraan kapan kebutuhan akan hal tersebut terjadi, selanjutnya kita menentukan mana instrumen yang tepat untuk mewujudkan tujuan kita tersebut. Adapun yang dijelaskan oleh Ahmad Gozali tentang tangga investasi, sebagai berikut:
Jangka panjang (high risk-high return) : reksa dana, saham, forex
Jangka menengah (high risk-high return) : tanah, properti, valas, forex, reksa dana pendapatan tetap
Jangka menengah (low risk-low return) : tabungan berjangka, deposito, emas, sukuk, asuransi investasi
Jangka pendek (low risk-low return) untuk dana cadangan : tabungan, deposito, emas

 

**kami sendiri memang belum menerapkan sepenuhnya, hanya setuju dengan investasi properti, tanah dan emas, karena ya,.. bagi kami masih ragu dengan investasi berupa reksa dana, forex, saham, deposito, dkk. Ya, silahkan googling sendiri aja ya, investasi tersebut berdasar hukum Islam ^^ ada beberapa poin yang perlu kehati-hatian karena tak murni bersih meski berembel syariah =) Pokoknya pelajari benar semua steps investasinya, dan keputusan kembali ke pribadi masing2.. saia hanya memaparkan.. ^.^

 

Mengenal Sekejap Asuransi
Akhir-akhir ini kata asuransi sudah tak asing di telinga kita. Banyak orang yang mengulasnya, banyak pula yang menawarkannya, sampai kadang tak enak menolaknya karena yang menawarkan adalah tetangga, sobat, bahkan kerabat. Hehe. Jadi, apa sih asuransi itu? Ya suatu instrumen keuangan, yang menjaga “sesuatu” yang kita asuransikan. Menjaga dalam hal ini, memberikan keringanan biaya jika ada hal yang terjadi pada “sesuatu” yang kita asuransikan tadi. Haha, bingung yak, maklum ini definisi ngayal dari pendapat pribadi, males googling cari tahu :p

 

Nah “sesuatu” yang diasuransikan, bisa seperti: Jiwa, Kesehatan, Kecelakaan, maupun Harta Benda. Yang perlu digarisbawahi ialah, jangan membeli produk asuransi berdasar emosional, tergiur aneka fasilitas/gambaran investasinya, atau karena tidak enak sama yang nawarin,hehe. Apakah benar, kita membutuhkan atau tidak. Pilihlah asuransi berdasar risiko, dan dari risiko tersebut apakah besar/kecil pengeluarannya.
 

Misal, saia mudah sakit, punya riwayat keluarga sakit a, b, c. Pernah pula sakit d, e, f. Berarti saia sudah jaga2 untuk mengambil asuransi. Namun, penyakit d, e, f itu ialah: pusing, batuk dan pilek. Apakah urgent? Iya, bolehlah, tapi ambil saja asuransi kesehatan yang biasa, atau jika sudah punya Askes, dirasa sudah cukup.
Contoh lain, misal punya rumah. Rumahnya terletak di dekat Gunung Merapi yang meletus 4 tahun sekali, berpotensi juga terkena gempa, dan jika terjadi kebakaran, mobil pemadam susah masuk komplek karena jalan sempit, dll. Semua yang menjadi risiko tsb, dipertimbangkan masak, untuk mengambil keputusan apakah akan membeli asuransi rumah/tidak.

 

Satu poin penting, kenalilah asuransimu! Apa2 saja yang akan ditanggung dan tidak ditanggung, dalam kondisi apa, seberapa banyak yang akan diterima, cara mengklaim bagaimana, berapa biaya premi asuransinya, jenis asuransinya: term life, whole life, unit link, cara dan penalty jika ingin berhenti di tengah jalan, dll. Sehingga nanti ketika sudah berjalan, tidak ada kekecewaan atau merasa ditipu oleh pihak asuransi.

 

Untuk asuransi jenis unit link, perlu diperhatikan :
-  Merupakan asuransi plus investasi.. bukan investasi plus asuransi!! Jadi investasi hanya side feature dari program asuransi
à tak maksimal memberikan return
-  Premi yang dibayar setiap bulan, ada bagian yang hangus. Yaitu selama 2-4 tahun pertama, alokasi dana untuk investasi minim karena dipotong untuk biaya akuisisi polis.
Jadi, jangan kaget, jika mendapat laporan tahunan pada tahun 2-4 dengan nilai investasi yang sangat kecil. Dan ingat, investasi ini juga tergantung pada kondisi pasar dan perekonomian kita, apakah sedang kondisi krisis, normal atau booming.
Jangan kaget pula, jika di tengah jalan ingin berhenti, maka akan mendapat penalti dan bisa jadi uang gosong tak ada yang balik sepeserpun. Jangan kecewa.
- Misal ada yang menawarkan, bayar asuransi hanya selama 10 tahun pertama, selanjutnya gratis. Perlu digarisbawahi, itu bukan murni gratis. Itu diambil dari nilai investasi yang sudah kita tanamkan tersebut, untuk membayar premi setiap bulannya. Dan jika nilai investasi tersebut kurang, ada kemungkinan kita akan dimintai untuk membayar kekurangannya tersebut.

 

Untuk asuransi pendidikan, perlu diperhatikan :
- Adalah salah kaprah jika di polis, dicantumkan anak mendapatkan fasilitas asuransi jiwa. Itu gak penting!! Itu artinya, jika si anak meninggal, keluarga yang dapat klaim dan santunan asuransi.
Asuransi jiwa akan lebih efektif jika diberikan pada si pemberi nafkah dalam keluarga. Misal Pak A yang mencari nafkah, maka Pak A perlu diasuransi jiwa, karena jika Pak A meninggal, asuransi akan memberikan dana sebagaimana kesepakatan awal untuk keluarga Pak A, agar keluarga tidak kolaps keuangannya untuk sementara waktu.  
-  Asuransi jiwa yang ada tabungannya yang bisa dipakai untuk dana pendidikan, dikeluarkannya disesuaikan berapa tahun dibutuhkan ketika anak akan masuk sekolah/naik kelas/mendaftar sekolah baru.
Nah, perlu diperhatikan, keluarnya dana tersebut, sesuai bulan dimana kita membuka asuransi. Jangan sampai kita berhutang/mengalangi dana terlebih dahulu, akibat pencairannya yang tak sesuai dengan waktu anak sekolah.
Contoh: kita membuka polis pada bulan September, anak berumur 4 tahun, ingin digunakan ketika anak umur 7 tahun, sekitar 3 tahun kemudian. Nah, dana akan keluar pada bulan September tahun ketiga, bukan pada bulan Juli ketika masa2 kenaikan kelas/masuk sekolah. Kalau kondisi seperti itu, maka yang perlu dipertimbangkan: akan mengambil dana di tahun kedua / mengambil dana di tahun ketiga namun pada bulan Juli kita menalangi uang terlebih dahulu.
- return dari asuransi pendidikan hampir setara deposito, sehingga kurang memberikan nilai return yang memuaskan.

Dicukupkan segini saja report saya. Semoga dapat memberi manfaat dan tambahan wawasan =) Setiap keluarga memiliki seni masing2 dalam mengelola keuangan, juga dalam mengambil keputusan. Hanya diharapkan, selalu mengakai rasionalitas dalam berkeputusan, sehingga tak akan kecewa di kemudian hari.

 

Last but not least, instrumen investasi yang oke ialah melindungi diri, harta dan financial kita dengan bersedekah. Selalu usahakan untuk membiasakan bersedekah, dalam keadaan lapang maupun sempit. Insya Allah, kita selalu diberikan kemudahan dalam hidup maupun terhindarkan dari musibah. “Tameng” yang kedua ialah dana cadangan, sehingga jika terjadi suatu hal secara tiba2, kita masih ada kesiapan untuk menghadapinya, dari segi finansial. Dan perlindungan yang ketiga ialah dengan berinvestasi, baik berupa investasi dana/asuransi. Karena bagaimanapun masa depan kita tak pernah tahu. Dan hidup tak melulu datar, ada cobaan, ada ujian, ada musibah. Semoga kita selalu siap menghadapi semuanya, baik dari segi mental, spiritual maupun finansial ^___^

So,, Lets Planning for Our Life!!! :D

Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b



Karena weekend kemarin gagal pulang ke Magelang lantara kehabisan tiket kereta dan bus, akhirnya saia galau luntang lantung di kosan. Serasa sangat lama menghabiskan liburan dua hari hanya sendirian di Jakarta. Akhirnya pelampiasannya ialah mengikuti semua acara yang ada di kampus yang diadakan kemarin Sabtu dan Ahad. Wkwkwk..

Kebimbangan terjadi ketika hari Ahad ada dua acara, sama2 menariknya. Yang satu, di Masjid Bintaro Raya, pengajian yang diisi oleh Aa’ Gym dan Ustad Yusuf Mansyur.  Yang kedua, acara kampus penyambutan jamaah baru MBM, diisi oleh Mas Salim Darmadi dan Pak Ahmad Gozali, seorang financial planner. Tapi akhirnya, karena di tengah sarapan ketemu mas Fery, terbujuklah saia menghadiri pertemuan MBM hehhe.. *alesannya: males ke Masjid Raya Bintaro, ga ada temen, n masih nyari2 dimana masjidnyahh,, :p hadeeuuhh...saia ga banget yakk.. >.<

Nah disini saia hanya mau sharing report aja tentang kajian MBM, terutama mengenai financial planning yang disampaikan oleh Pak Ahmad Gozali. Siapa tahu bermanfaat dan menambah ilmu kita. Yang kadang, kita telah menerapkan semua penjelasan beliau. Saia pun kaget ternyata dengan naluri manajemen keuangan saia sendiri, saia sudah 85% menjalankan semua tips keuangan beliau. Yuk disimak lebih lanjut.. =) *Saia hanya menuliskan poinnya saja yaa,...secara garis besar.

Who is Mr. Ahmad Gozali?
Woohoo..di awal perkenalan, ternyata gak nyangka jika ternyata Ahmad Gozali merupakan alumni STAN. Tepatnya, STAN angkatan 1998. Tapi pada akhirnya, di tengah beliau bekerja, akhirnya memutuskan keluar PNS karena bukan passionnya dan akhirnya kini bekerja sbg konsultan keuangan di Safir Senduk dan rekan. Ia sudah menelurkan beberapa buku tentang mengelola keuangan, diantaranya yang terakhir ialah Aisyah Ma’isyah dan Habiskan Saja Gajimu.

Disiplin Mengelola Gaji
Beliau menekankan untuk disiplin dalam pengeluaran. Kebanyakan keluarga ketika menerima gaji, mereka mengeluarkan ke pos2 pengeluaran yang sudah ditentukan. Dan jika di akhir bulan ada sisa, maka sisanya ialah untuk ditabung. Itu adalah salah kaprah. Kita harus mengubah mindset dan cara kelola. Bahwa tabungan itu bukan dari “sisa” gaji di akhir bulan, namun harus ditabung di awal terima gaji, baru sisanya dialokasikan ke pos2 anggaran lain. Akan lebih baik jika rekening khusus untuk menabung itu dipisahkan dari rekening untuk belanja/pengeluaran. :) *Yup, yg ini udah dijalankan.. ^_^

Kurang Latte Factor
Apa sih Latte factor itu? Pertama kali dengar kata Latte, langsung mengingatkan saia pada kopi. Memang, istilah ini diperkenalkan oleh David Bach, penulis buku mengenai personal finance. Istilah ini diambil dari kebiasaan orang Amrik yang setiap pagi selalu berangkat ke kantor/sekolah, selalu membeli kopi di gerai kopi, seperti St**bucks contohnya :p Padahal jika kebiasaan ini dihilangkan, atau misal, kita cari alternatif lain seperti membuat kopi sendiri, kita bisa menghemat uang yang cukup banyak. Beli di gerai kopi bisa menghabiskan minimal 20ribu, buat sendiri maksimal 3ribu, dengan rasa yang..yaa..tak jauh beda. :p

Pokoknya pengeluaran yang “remeh-temeh” yang kurang penting, bisa dihindari/diminimalisir/dicari subtitusi yang lebih hemat. Nah, kita cari tahu masing2, ada gak sih Latte Factor di diri kita? Misal, suka beli minuman kemasan (mineral, teh, softdrink), atau suka beli es krim, rokok, dll. *Saia sih sampe skarang belum nemuin di diri saia, lha beli2 jarang. Tapi kebiasaan saia, sekali belanja kebutuhan setahun sekali, harga sangat murah dr pasaran sih, tapi sekalinya beli buanyaakk, ahahah..buat persediaan setahun, ex: baju anak :p yg ini bukan faktor latte namanya. ^_^

Kebutuhan vs Keinginan
Benar2 harus memilah, mana kebutuhan kita, dan mana kebutuhan yang hanya berdasarkan keinginan. Kalau perlu dibuat kuadran: penting, prioritas,  kurang penting, dan kurang prioritas. Dan penentuannya harus berdasar pemikiran jernih, bukan pemikiran yang diliputi hasrat.

Nahh kalau yang ini memang cukup susah yah.. :) Kadang kita kalau sudah atas nama hobi, suka, demen, maunya yang itu dan harus itu, membawa nama gengsi, maunya merk yang branded, yaa..susah. Hehehe.. Penyuka fotografi, bisa sampai menghabiskan belasan hingga puluhan juta untuk membeli kamera, lensa2, tripod, dkk. Penyuka moge (motor gede) juga maunya ya harus motor gede, gengsi donk masak pakai motor bebek >.< Atauu,,kebiasaan cewek pada umumnya, yang sudah ngiler dan mupeng kalau melihat barang lucu, unik, nyentrik, aneka fashion etc. *untungnya saia termasuk cewek pada khususnya, wkwkwk

Diilustrasikan oleh Ahmad Gozali suatu contoh: ada tiga pilihan à motor bebek, motor bebek kopling sekelas satria, motor cowok yang keren. Dari ketiganya, memiliki fungsi, kelebihan dan kekurangan yang mirip : sama2 cuma bisa dinaiki dua orang; sama2 tak bisa melindungi dari panas maupun hujan; mirip dalam pengeluaran bensin untuk satu liternya. Mungkin perbedaannya hanyalah pada performa dan kestabilan ketika ngebut/jalan jauh antar kota. Naahh,,namun kadang sebagian lelaki (apalagi yg bertampang pas2an,heheh *piss) lebih memilih motor cowok: keliatan keren, macho, menang gengsi. Padahal kebutuhan mereka hanya untuk muter dalam kota, itupun ddengan jalanan yang kadang macet. ^^

Jadi secara akuntansi, kita jurnal:
Motor                   12juta
Gengsi                  10juta
                Cash                      22juta

Huehehe,, beginilah mahasiswa akuntansi tulen,, kasih contoh pakai jurnal segala :p Hanya mengilustrasikan, bahwa harga “sebenarnya” motor ialah 12juta, dengan membawa harga gengsi sebesar 10juta.

Satu quote yang menarik dari dulu ngena banget buat saya: Menjadi kaya itu memang penting. Namun terlihat kaya itu tidak penting. Ya,, kadang orang sibuk memoles diri dan kepunyaannya agar terlihat kaya, dipandang dan menaikkan status sosialnya. Namun kadang di balik itu semua, orang jungkir balik kerja keras untuk membiayai gaya hidupnya tersebut. Jadilah orang yang sederhana, itu akan lebih membahagiakan. =)

>> Sambung ke part dua ya, biar gak kepanjangan.

Friday, 14 June 2013

Sebuah Apresiasi "Kecil".. Untuk Perekonomian Kecil.. Dg Multiplier Efek yg Besar.. =)



Wahh, rasanya hampir tiap hari posting di blog, baik di www.memoarbunda.blogspot.com maupun www.duniakita15.blogspot.com >.< It means im in galau mode T.T Dua minggu tak bertemu Almandaffa. Lantaran kehabisan tiket bus maupun kereta (sedang musim libur sekolah). Mepet sih saia pesan tiketnya, maklum akibat ketidakjelasan info kuliah. :’(

Anyhow, now i just wanna share whats on my mind. Terbersit, ingin bercerita pengalaman pribadi, yang maybe it can change Indonesia especially in informal bussines. If we do it together, you, me, us, we. Berawal dari obrolan ringan dengan teman sebangku saat kuliah SPK (Seminar Pemberantasan Korupsi). Tentang dia yang serba dilema dalam memberikan sedekah kepada para pengemis maupun pengamen. Tentang betapa diberdayakannya anak2 di bawah umur untuk mengemis. Tentang “malas”nya pemuda pengamen itu untuk sekadar mencari kerja yang lebih baik, dst.

Saya juga hanya bisa mendengar saksama curahan hatinya. Sambil menimpali: kalau sudah niat sedekah, tak usah lah diungkit untuk siapa dan bagaimana, jika enggan memberikan pada pengemis/pengamen its ok, thats our choice. Masalah pahala, ya siapa yang tau, tergantung niat dalam hati dan keikhlasannya.

Sebenarnya masalah sosial ini pun adalah penumpukan dari ketidakpedulian kita juga, sebagai sesama saudara maupun masyarakat. Yang seharusnya, kita membantu mereka keluar dari pekerjaan tersebut, memberikan pekerjaan dan pelatihan ketrampilan yang layak. Membangun mentalnya agar menghargai suatu kerja keras dari usaha, bukan menadahkan tangan mengharap iba manusia lain. Juga turut serta peran pemerintah di dalamnya, melalui Kementrian Sosial dkk, agar terjadi pemerataan pembangunan dan tercipta lowongan pekerjaan bagi mereka. Sayangnya, kita pribadi –termasuk saya- kadang terlalu larut akan masalahnya sendiri dan kepentingannya masing2. :’(
------------

Lalu pikiranku melayang tak tentu arah. Menerawang, berandai-andai. Indonesia sebenarnya adalah negara yang cukup “kuat” di tengah krisis yang melandanya. Ketika tahun 1998, ataukah saat terkena dampak krisis Amerika Serikat maupun kawasan Eropa. Hal ini karena disokong oleh buanyaakknya wirausaha bisnis informal yang terus bergerak. Dan dari kegiatan ekonomi rakyat2 kecil itulah salah satu hal yang terus menggerakkan denyut nadi perekonomian.

Sekilas bercerita tentang keadaan di rumah mertua di Magelang. Dimana selalu terjadi jual beli antar sesama tetangga. Seperti ibu saya yang jual barang kelontong sehari2, dg pembelinya ialah para penjual gorengan, mie ayam, bakso, bakmi jawa, dkk. Nah, gorengan, bakso, mie ayam dkk itu pun dijajakan hanya seputar kampung saja, dan laris manis, ibu saya termasuk salah satu pembeli setianya. Artinya apa? Terjadi perputaran uang yang cukup besar, diputar dalam satu kampung tersebut, dan pada akhirnya dapat memberikan laba ke masing2 keluarga, menghidupi keluarganya. Itu hanya saya contohkan di kampung kecil 1 RW saja, nah bagaimana jika dalam lingkup se-Indonesia? Mantap bukan?

Namun sayangnya, para “pebisnis” informal tersebut kadang kurang diapresiasi oleh masyarakat kebanyakan. Dimana seperti kita tahu, masyarakat kita pada umumnya, cenderung lebih suka shopping di mall, hypermarket, dan cafe/restoran yang ternama. In this case, Magelang yang baru saja dibangun mall pertamanya: Armada Town Square saja, plus keberadaan Indomaret-Alfamart saja, sudah cukup terasa dampaknya bagi kalangan penjual kecil. Ibu mertua dan tetangga pun kadang berkeluh kesah pada saia. *Err,,lebih tepatnya saia pendengar pasif saja.. #nguping sambil momong anak :D Dengan keberadaan gerai2 perusahaan mapan tersebu, juga berdampak pada masyarakat kecil, terutama penjaja makanan jadi dan kelontong. 

Sudah sering, saya membiasakan untuk mengapresiasi mereka, salah satunya dengan mengucap terima kasih yang tulus *sambil tersenyum maniss ya... ^_^ dan memberikan tips sebagai reward/apresiasi bagi mereka. Hal ini untuk memberikan suntikan semangat bagi mereka untuk bertahan di kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini. Ucapan terima kasih saja sudah sangat senang, mengingat jaman sekarang sudah jarang sekali orang mempraktekkannya.

Harapan saya, hal tersebut dapat  memberikan efek surprise bagi mereka, diharapkan mereka semakin semangat bekerja dan meningkatkan level usaha/pelayanannya menjadi lebih tinggi dan baik. Dengan “apresiasi” tersebut, mereka akan berpikir: “apa yang telah saya lakukan sehingga mendapat uang lebih?” Ini akan menstimulasi mereka mengevaluasi pekerjaan dan usahanya sehingga diharapkan dapat memberikan ide untuk berusaha yang lebih baik lagi demi mendapatkan penghargaan lainnya dari pelanggan.
------------

Seribu duaribu rupiah, mungkin bagi kita tak ada artinya, kadang hanya terbuang untuk jasa parkir. Tapi bagi mereka para penjual informal, hal tersebut sangat berarti. Yuk, mulai kita biasakan, dan tularkan ke yang lain, “ekonomi apresiasi” ini sebagai semangat kebersamaan dan gotong royong ekonomi yang sekarang sudah terkikis oleh budaya materialis dan individualis. :’( Penjual koran, tukang sayur, penjual kerupuk, penjaja camilan, penjual bakso keliling, tukang bersih toilet mall, dll. Belanja di mall, cafe, dan sekelompok ekonomi kapitalis besar pasti merogoh kocek banyak dan kita tak pernah menawar, masak sama pedagang kecil, yang kadang hanya ambil laba sedikit, kita masih tega menawar? ^^ *emak2banget ini.. :p

Jika ada 1 juta saja masyarakat Indonesia mau berperan aktif (0,4%) melakukannya, dengan tips hanya Rp 1000, maka akan beredar apresiasi Rp 1 milyar ke wirausaha kecil tersebut. Hal ini akan sangat membantu mereka menyekolahkan anak-anak dan menabung walau tidak seberapa. *Well, semoga uangnya bukan untuk mengepul asap aja.. (baca: rokok) hehe.. :p

“Ekonomi apresiasi” ini (sejak kapan saia jadi pake istilah ini? ^^) lebih bermanfaat dan berguna daripada sekadar diberikan pada pengemis di pinggir jalan (bukan berarti saia melarang utk memberi pengemis ya, saia juga sering kasih ke pengemis kok, tapi liat2 orangnya.. :p) karena akan merangsang golongan ekonomi lemah untuk berusaha daripada tidak berbuat apa-apa. Jangan pelit untuk senyum dan bilang terima kasih, dan berkata: “ambil saja kembaliannya, bu”, “buat bapak saja kembaliannya”, bila berhadapan dg pelaku usaha kecil. Hal ini pasti membuat mereka surprise, tersenyum dan kembali bersemangat untuk berusaha lebih baik lagi. Siapa tahu mereka juga akan tertular, ketika membeli barang ke rekan sesama “pengusaha kecil”: mengapresiasi mereka, minimal mengucapkan terima kasih dan senyum. Juga tips.

***Sebuah catatan harian absurd, tanpa referensi, hanya sekadar berandai, dan sebuah ke-optimis-an untuk merubah Indonesia lebih baik, setidaknya mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar saia. Semoga bisa memberikan semangat ke temen2 untuk melakukan hal yang sama.. =) #kayak ada yang baca aja,,wkwkwkwkk...
***Still,, i miss my Almandaffa.. =’( #sabar,kuatkan mental... >_<

Thursday, 13 June 2013

Daffa: How Are You in There..??? :’)


Daffa Siap Dipaketkan ke Pekanbaru, Kangen Ayah katanya :p

Terhitung sejak 19 April 2013, Daffa mulai tinggal di Magelang bersama kakek neneknya. Sudah hampir 2 bulan lamanya. Bagi saya sendiri, ibunya, waktu 2 bulan itu terasa sangat lama. Bahkan ketika saya pindah ke Jakarta, bertemu seminggu atau dua minggu sekali. Penantian menuju weekend terasa sangat lama. Waktu memang sangat relatif ya, tergantung dari segi emosional dan keadaan individunya.. =)

Alhamdulillah, Daffa sejak saya tinggal, menjadi anak mandiri. Betah sekali di Magelang. Tak pernah rewel mencari ayah bundanya. Album foto kami, tak pernah luput dari genggamannya. Ketika ia membuka lembar demi lembar, diciuminya foto kami. Sambil membungkuk seperti orang sujud, ia bersiap mencium. “Mmuuaacchh..”, bibir mungilnya menyentuh palstik foto, basah. Begitu berkali2, sambil asik berceloteh. Seakan menceritakan ke simbahnya, cerita foto Daffa bersama Ayah Bundanya dalam beragam kegiatan. =’)

Almandaffa pun sekarang mempunyai banyak kawan setia. Mengajak bermain sambil “momong”, karena dalam sekawanan itu, Daffa paling junior. Ada yang namanya Iwan, Lintang, Fikar, Ihsan, Ivan, Fitra, dan pastinya Oom Opal (Naufal). Daffa sangat senang menirukan semua gaya teman2nya. Lucu dehh! Tapi memang perlu dijaga dan diawasi, karena bagaimanapun, anak2 kadang dalam bermain belum bisa bertanggung jawab. Tak jarang, Daffa hampir disenggol jatuh ketika lari, dsb. ^^, Tapi, Daffa tak pernah menangis karena itu, terlalu larut dan asik saat bermain. *eerrr,,dan banyak gerak gak bisa diem,hahaha..

Suka Pakai Tas Sekolah.. ^___^
Dalam persoalan makan pun, alhamdulillah, lahap. Sangat. Memang kondisi daerah cukup mempengaruhi. Magelang, hawanya agak dingin, sehingga membuat “bernafsu” makan dan merasa mudah lapar. Beda dengan di Pekanbaru yang sangat panas, yang ada orang merasa haus terus, hehehe.. Plus aktivitasnya yang tak pernah bisa diam, lari2 mlulu, membuatnya terasa mudah lapar.  Jadilah disana Daffa lebih ndut dibanding terakhir di Pekanbaru. ^__^

Kemampuan verbalnya pun meningkat pesat. Sudah belasan kata keluar dari mulutnya, jelas. Bahkan sudah pintar mengerti maksud kami. Diantara kata2nya: cicak (kata favoritnya!!), mamam, cucu, ayah, nda (Bunda), kuda, bebek, penunjuk (itu, ini), mbah, nda aNa, ayah aNNas, bismillah (kurang jelas tapi), Allahu Akbar (kurang jelas juga), coyat (sholat), angka (1-4), abjad (a-c), menyebutkan nama2 Oom dan mbah2nya,, Wahh banyak dehh.. :D Setiap minggu Bundanya pulang, selalu saja ada kejutan kata2 barunya. 

Daffa pun sangat rajin membantu simbah2nya. Maklum, di rumah simbah berjualan di warung. Laris sangat, jarang sepi. Daffa sangat suka menyapu dan membuang sampah ^^, menimbang beras (hahaha,,), menata dagangan seperti menara, meminta uang dari pembeli dan memasukkan ke laci (sebel kalau uangnya diterima simbahnya,hehe..), dan beragam bantuan lainnya, yang sering membuat geleng2 kepala, berasa Daffa sudah besar saja. ^^

Makasih ya sayank, sudah menjadi anak kuat dan mandiri di sana. Menjadi anak baik yang membantu simbah tersayang. Menjadi anak yang ceria, aktif, juga sabar ketika Bunda terpaksa tak bisa pulang. Bunda sayank Daffa. Kamulah yang selalu menjadi motivasi terbesar Bunda, untuk berjuang di sini. Juga Ayah. Selalu menantikan tiap akhir pekan. Waktu yang sangat Bunda nanti. Pulang. Bermain bersamamu. Merawatmu. Menjadi seorang ibu, utuh. =’)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...