Thursday, 13 September 2012

Daffa and TPA : Bitter and Sweet.. :')

-->
Senyum yang slalu membuat Bunda rindu.... ^^

Sudah lima  bulan berjalan, Daffa ‘sekolah’ di TPA Golden Sun. Pada awalnya memang Bunda galau. Namun alhamdulillah, dalam perjalanannya banyak kemudahan yang kami rasakan.  Dan berjalannya waktu, justru kami menikmati dan cukup nyaman dengan penitipan tersebut, meski bagaimanapun ada juga kelemahan/kekurangannya. Masalahnya, mencari asisten di sini juga cukup sulit. Banyak pengalaman dari teman2 pegawai yang banyak banget masalah dengan asistennya. Entah yang kabur, gak niat kerja, mencuri, kurang telaten, agen pembantu yang nakal, ringan tangan, gak betah terus minta dipulangkan dan cerita lainnya, membuat kami sangat selektif sekali, yang berujung menahan diri untuk mencari asisten yang tidak kami kenal background keluarga dan kesehariannya. Jadilah sampai sekarang Daffa masih sekolah, setelah 2 kali libur ke Jogja tak kunjung mendapatkan asisten yang pas.  : (
Anyway, Bunda udah gak sesedih itu sih. Karena kami melihat dari berbagai sisi, bahwa penitipan mungkin lebih baik untuk Daffa saat ini, insya Allah. Ada bermacam pertimbangan dan kelebihan dari menyekolahkan anak di TPA.. Ini diantaranya (dari pengalaman kami yaa..)
Satu, ya karena kami belum berjodoh ketemu asisten yang pas. Plus, sama sekali tak punya sodara di sini *Nasib perantau jauh euy.. Mbah2nya Daffa pun masih kerja semua,,hihi..            Jadi andai Mbahnya Daffa mau ikut kesini –someday, maybe – saya tetap harus mencari asisten. Lagipula gak tega, masak orang tua suruh jagain anak kita.. Bapak ibu juga sakit pinggangnya.. sudah tua, lebih baik menikmati pertumbuhan cucunya tercinta dengan sesekali bermain bareng anak kita. Untuk menjaga anak, tetap ditangani asisten. Tak terlalu capek dan pastinya tetap hepi :D. So its the last choice we have.. *Mengesampingkan pilihan anak dibawa ke kantor yaa.. hihiii.... #Minta ditimpuk atasan.. :p
Dua, Lokasi TPA yang strategis membuat kami tentram untuk menitipkan Daffa ke sana. Dengan jaraknya hanya 2 menit naik motor dari kantor, atau 3 menit naik motor dari rumah, memungkinkan kami untuk bisa sering menjenguk dan mengontrolnya. Setelah mengantar Daffa ke TPA, Bunda pun juga menyempatkan untuk menyuapi sarapan pagi dan mengajak bermain sebentar. Saat istirahatpun main kesana, selama minimal satu jam. Seakan TPA menjadi rumah kedua kami yang sering kami singgahi. :’)
Sok Bergaya Foto Model saat Bermain Sama Ayah
Tiga, Sarana dan fasilitas bermain di TPA tersebut sangat banyak dan bervariasi. Memang , tak semua TPA mempunyai mainan dan fasilitas yang lengkap. Untungnya TPA pilihan kami ada.. mulai dari aneka softbook thether, mobil2an/truk, stroller, mobil yg bisa dinaiki, ayunan, kereta api, cubes, box bayi, bouncer, baby run, ahh pokoknya mainan terkini yg merangsang pertumbuhan perkembangan bayi deh.. Edukatif plus bermerk, mahal pastinya.. ^^, Plus halamannya luas dan berpagar, jadi tetap aman jika bermain di sekitar halamannya yang berumput hijau segar.
Untuk yang satu ini, Daffa sangat suka sekali. Maklum, dia termasuk yang suka mengexplore dan utak atik mainan. Serius gitu mukanya. Rasa ingin tahunya besar sekali, kayak ibunya.. :D Dan alhamdulillah, perkembangan otaknya termasuk sangat cepat untuk seumurannya, meski sampai umur 11bulan ini masih belum mau berdiri sendiri, harus dipegangi. ^^, *Beneran mirip banget kayak ibunya yg agak penakut n was2.. :p Dengan mainan yang buanyak disana, rasanya tidak pernah bosan. Hehee,, di rumah mainan terbatas memang dan seadanya.. : )
Empat, mengenal baik pengasuh2 dan kepala sekolahnya di TPA. Pada awalnya, memang hanya kenal nama saja. Tapi karena sering menjenguk sambil bercerita, makin lama dekatlah kami. Dan kenal baik dengan pengasuhnya, bagaimana cara merawat anak kecil, dll. Semakin kami tahu, semakin kami merasa aman untuk menitipkan ke TPA ini. Insya Allah amanah. Lagipula ketika ada kejadian apa saja, pengasuhnya selalu melaporkan ke kami saat menjenguknya. Atau ada kejadian luar biasa, misal jatuh/demam tinggi, langsung ditelepon agar orang tua bisa segera menangani lebih lanjut. Semoga untuk yang terakhir ini, Daffa tak pernah ada panggilan telepon. : )
Lima, kebersihan tempat dan anak2 yang diasuh. Yup, karena dua hal ini bisa menjadi faktor acuan, apakah TPA tersebut sehat untuk ditinggali atau tidak. Untuk kebersihan, saya sudah tidak meragukan. Begitupun penanganan anaknya. Ada ya, TPA pegawai kami yang beda tempat, dapurnya cukup kotor dan bau. #no offense. Halaman penuh sampah berserakan. Memandikan anak2 pun berbarengan, telanjang semua, terus antri satu per satu untuk diguyur dengan segayung air. #miris. Oke, saya termasuk orang yang sangat sensitif dengan kebersihan. Dan langsung ilfil untuk yang satu ini. Bagaimanapun sedari dini, kita mengajarkan agar anak menjaga auratnya, meski saat mandi sekalipun. : )
Untuk anak2 yang diasuh, cukup bersihlah. Karena notabene, orang tua mereka para pekerja swasta dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Juga memperhatikan kebersihan anaknya. Kadang terbersit pikiran juga, kenapa ya kok mereka lebih memilih menitipkan anaknya, alih2 mencari pengasuh? Atau mungkin, kasusnya seperti kami. Who knows.. ^^
Enam, sebagai sarana kemandirian dan pergaulan anak. Mungkin kurang tepat juga ya, untuk alasan ini. Secara, Daffa masih berumur 11 bulan. Alasan ini akan lebih tepat saya bilang ini, jika si anak mencapai umur 2 tahun ke atas. Dimana anak mulai paham akan pergaulan, orang asing dan mulai belajar mandiri, baik dari makan sendiri, pakai baju dll. ^^
Tapi bagaimanapun dari semua kelebihan yang saya utarakan, tetap ada kekurangannya. Karena bagaimanapun, seorang anak akan lebih baik, jika diasuh oleh orang tuanya sendiri, yang menyayanginya sepenuh hati. Hehee... Kurang lebih, ini sedikit kekuranganyang mengganjal di kami, ketika ‘menyekolahkan’ Daffa di TPA. >.<
Daffa lagi latihan jalan di TPAnya.. :)
Satu, mudah tertular virus penyakit dari anak lain. Memang, ini suatu risiko yang harus diambil ketika anak kecil bercampur dengan banyak anak lain, sering diajak pergi atau di tengah keramaian manusia. Hahaa... Daffa pun juga seperti itu, beberapa kali tertular pilek dari anak lain. Tapi kami memang lebih mengutamakan pengobatan kekebalan dan home treatment, dan jika kepepet baru deh pakai obat. :p Jadi ya begitulah, kadang pengobatannya tak secepat seinstan jika minum obat. But its okay. Semoga sehat terus ya Nak, makan yang banyak jugaa.. ^^
Dua, karena waktu sepenuhnya di kantor dan di penitipan, plus Ayah kadang lembur pula. Alhasil rumah hanya sebagai tempat tidur dan istirahat. ^^ Kadang berantakan, plus agak kewalahan mengurus rumah, seperti mencuci baju, setrika, dll. :D Dan sering berharap, agar segera weekend, biar bisa segera beres2 rumah dan istirahat tentunya.. ^^ Beda halnya kan jika punya asisten di rumah, at least bisa bantuin nyapu ngepel, menjaga rumah tetap rapi.. : ) *Apalagi Daffa sekarang mainnya suka ngeberantakin n nglempar2 barang.. hihiii...jadi ruang tengah sering berserakan mainan deh..
Oya, apalagi kami tak memakai pampers, but clodi alias cloth diapers. Wuihh,,2hari gak nyuci tuh udah seember gede aja cuciannyaahhh.. Whuahh..tetap semangat!! Hahahaa.. #ketawa stres :p Tapi saya sungguh menikmatinya kok. Sesibuk dan secapek apapun. Beneran. Nikmat menjadi istri dan orang tua bisa melunturkan semua capek itu. ^.^
Saat Awal2 dulu Latian Berdiri
Tiga, ini juga dilemma bagi orang tua yang sama2 bekerja dan kadang ada tugas dinas keluar kota. Untungnya, sampai sekarang kami masih pelaksana yang slalu standby kantor. Jadi jarang pergi keluar kota dalam beberapa hari. Ada diklatpun, Bunda berusaha sebisa mungkin lokasinya di dalam kota, agar malam hari bisa tidur bareng Daffa. Tapi....hiks,, pertengahan September ini terpaksa meninggalkan Daffa 4hari lamanya.. >.< Tak tega sebenarnya,,menyerahkan Daffa ke Ayah, untuk mengurusi Daffa di malam hari. Ayah juga cukup grogi, bagaimana kasih susu Daffa, yang biasanya minum langsung dari Bunda dan tidur kemudiannnn.... *Semangat ya Ayahh.. muuaacchh... Bunda sesegera mungkin akan pulang, pastinya akan selalu merindukan kalian selama di sana.. :’)
Apalagi yaaa...sementara itu aja sih, aspek pertimbangan kami plus dan minusnya dengan menyekolahkan anak di TPA. Yang terbaik ialah, seorang anak dirawat di rumah, dengan Ibunya. Andai tak bisa, ya dirawat di rumah dengan saudara/asisten yang baik dan amanah. Jika tidak, mungkin ke TPA adalah pilihan terakhir. Dan cermatlah dalam memilih TPA buat si kecil. Pertimbangkan dalam segala aspek. Karena kita bakal menitipkan si kecil dalam waktu yang lama, sehari penuh, tanpa ada kita yang merawat/mengawasi. Kami saja, yang setiap istirahat selalu menjenguk, ketika pulangya kami jemput Daffa sudah menangis rindu akan kehadiran kami. :’) Ahh..Maafkan Bunda, Nak, masih banyak keterbatasan dalam merawatmu.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...