Karena
postingan sebelumnya saya bercerita tentang kaki
Daffa yang memang “aneh”, sekarang saya ingin memposting hal yang berkaitan
dengan hal itu. Tentunya lebih banyak cerita dalam medis dibandingkan curhatan
saya tentang Daffa dan keluarga. Sekaligus ini juga catatan untuk saya, jika
setiap saat saia butuh/perlu artikel ttg hal tsb. ^^
|
Mai Meeennn... XD |
Sebelum ngomong lebih jauh tentang semua permasalahan kaki
dan tetek bengeknya, perlu kita ketahui dulu ya bagaimana kaki yang normal itu.
Pertama,
kaki harus simetris yang artinya bentuk dan panjang tulang kaki relatif
sama dan lurus. Masalah ukuran panjangnya, itu relatif sih. Karena ada anak
yang berbakat untuk tinggi atau berbakat punya tinggi badan rendah, jadi untuk
ukuran panjang itu sangat personal. Yang penting terlihat proporsional dengan
bentuk tubuhnya. Kedua,
telapak kakinya
tidak datar. Ya seperti kaki normal, seharusnya ada cekungan di bagian
dalam pada telapak kaki kita. Untuk bayi, bisa dipantau sejak si kecil belajar
jalan. Yang ketiga,
berjalan tidak berbentuk
O atau X. But dont worry, jika bayi kita berjalan bentuknya seperti itu.
Masih wajar kok. Baru ketika umur 3 tahun ke atas jika masih ada indikasi
berjalan berbentuk huruf X dan O, baru deh konsultasi ke dokter. ^^
Setelah kita mengetahui bentuk kaki yang normal, lanjut ke
tahap berikutnya yaitu: jenis kaki yang tidak normal atau ada kelainan.
Sebenernya bermacam2 dan banyak sih. Tapi saya mengambil sampel ‘penyakit” pada
kasus yang sering terjadi pada kita. Here
they are..
“Telapak Kaki Datar” atau “Flat Foot/Flat Feet”
Merupakan kelainan dengan bentuk telapak kaki yang datar, tak ada
cekungan. Untuk tahu kelainan ini, bisa diamati setelah bayi berumur 3 tahun
dimana lemak bayi sudah menghilang. Akan tetapi, bisa juga kita amati dengan
melihat cara berjalan si kecil apakah bisa diajak jalan jinjit, dengan tumit
atau gaya lain. Jika fleksibel dan tidak nyeri, ada kemungkinan tidak mengalami
“flat feet”. Daffa sendiri malah kadang kurang nyaman ketika jalan menggunakan
punggung telapak tangannya, lebih sering memakai pinggir luar kakinya. Mungkin
karena kakinya yg datar, sehingga lebih capek dan berasa “aneh” jika berjalan
normal telapak kaki menyentuh semua lantai.
Flat foot ini bisa disebabkan kelainan posisi tulang, jaringan sendi terlalu
fleksibel, kelemahan otot, atau kompensasi dari kaki berbentuk X. Atau seperti
postingan saya di “Daffa Si Kaki Datar”, kelainan ini bisa karena faktor
genetik. Sebenarnya sih, nanti ketika besar tidak ada keluhan/masalah yang
berarti. Mungkin hanya cepat lelah/capek ketika jalan dan kerja kaki lebih
berat jika kita obesitas.
Jika kita/anak kita termasuk kategori ini, jangan khawatir. Dari seluruh
populasi dunia, diperkirakan hampir 30% nya merupakan orang2 yang mempunyai
kaki datar. Banyak temennya, hehehe. =)
“Perbedaan Panjang Tungkai” atau “Leg Length Discrepancy”
Kalau tak diperiksa secara saksama, detail dan teliti kadang kita
luput dengan yang satu ini. Baru ketahuan biasanya ketika anak belajar berjalan
atau memakai celana panjang. Yang jalannya seperti pincang atau celanan
panjangnya jadi tidak sama pas karena panjang kaki kanan dan kiri berbeda. Kasus
ini banyak penyebabnya, selain karena kelainan lahir, bisa juga karena polio,
infeksi, tumor, efek patah tulang. Pastinya anak banak susah belajar (jika
masih bayi), scoliosis hingga nyeri punggung bawah.
|
Kaki Unyu Daffa :D |
Untuk selisih panjang tungkan di bawah 3cm, biasanya tidak diperlukan tindakan
lebih lanjut. Karena tak begitu berpengaruh pada aktivitas dan kesehatannya. Kalau
perbedaan tungkai mencapai 5cm, biasanya hanya diberikan
shoe lift yaitu “hak sepatu” yang sisi pendek lebih tinggi dari yang
sisi kanan. =) Nah untuk perbedaan lebih dari 5cm, diperlukan operasi leg
lengthening/shortening, yaitu memotong tulang yang lebih panjang.
“Congenital Talipes
Equinovarus”
Merupakan kelainan kaki bayi menunjuk ke bawah dan terputar ke dalam.
Jadi rotasi tungkai ke bawah menuju ke arah dalam, jadi berjalannya menggunakan
kaki luar. Kelainan ini terjadi karena kurang sempurnanya pembentukan sel di trismester
pertama kehamilan. Sehingga terjadi kompresi dalam kandungan maupun kelainan
otot/sendi.
Jika ketahuan sejak lahir, bisa ditangani dengan melakukan serial manipulasi
dan tapping per minggu selama 2 bulan dengan digips selama 2-3 bulan. Jika terapi
konservatif 6bulan-setahun gagal dan
sudah digips selama 3 bulan, harus melalui tindakan operasi. Dan setiap operasi
selalu ada risikonya ya.. untuk kasus ini bisa terjadi komplikasi koreksi, kaku
dan nyeri hingga kambuh sampai usia 10 tahun. :’(
“Bentuk Kaki X dan O”
Kaki X dan kaki O adalah sejenis gangguan pertumbuhan tulang kaki yang
menyebabkan terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang paha dan
tulang lutut. Sehingga, sudut yang terbentuk antara kedua tulang tersebut
menjadi tidak normal, lebih dari 8 derajat. Akibatnya, saat si kecil berdiri,
titik beratnya tidak terletak antara jari kaki pertama dan kedua seperti yang
terjadi pada kaki normal. Ini lah yang membuat si kecil sering jatuh. Baik kaki
leper ataupun kaki X dan kaki O sama-sama membuat anak mudah lelah kalau
berjalan dan aktivitas pun terbatas.
Kelainan kaki
lainnya yaitu lengkung kaki terlalu tinggi (
high arch), jari ke arah dalam (
metatarsus adductus), gaya jalan
dengan kaki mengarah ke dalam (
toe in) dan
mengarah keluar (
toe out).
Telapak kaki keluar adalah kelanjutan kelainan kaki datar yang menyebabkan anak
mengarahkan telapak kaki keluar. Telapak kaki ke dalam terjadi pada anak dengan
kaki X parah dimana titik berat tubuhnya bergeser.
Menurut dr Meidy H. Triangto, SpKFR,
kelainan kaki yang banyak dialami anak balita, umumnya bukan disebabkan
penyakit tulang, namun lebih banyak berupa gangguan rotasi atau putaran tulang
yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu
yang semestinya.“Nah, gangguan telapak kaki dapat merusak struktur
kaki karena titik berat tubuh tidak jatuh pada tempat yang tepat atau normal,
misalnya kaki berbentuk flat (datar/leper),” kata dr Meidy.
|
Kaki Daffa dg Kaos Kaki.. ^.^ |
PENYEBAB KELAINAN KAKI
1. Ruang gerak sempit di dalam rahim, kaki anak 'terkunci' di
satu posisi sampai lahir (banyak dialami anak kembar).
2. Posisi tidur yang salah. Misalnya tengkurap seperti katak. jika berlangsung
lama, kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan rotasi dan bentuk tungkai.
3. Kebiasaan duduk yang salah. Misalnya duduk dengan posisi kaki membentuk
huruf W.
4. Kebiasaan menggendong yang salah, misalnya saat digendong menyamping, kaki
si kecil terentang melingkari tubuh Ayah Bunda dan membentuk sudut 90 derajat.
5. Memakai popok sekali pakai (disposable diapers) dengan cara dan saat yang
tidak tepat. Misalnya terus menerus pada saat si kecil sedang belajar jalan.
Hal ini membuat anak sulit menemukan posisi kaki yang stabil.
Diapers yang kebesaran dan
mengganjal juga membuat anak sulit berjalan.
6. Memakai
baby walker yang tidak sesuai umur
dan tidak sesuai ukuran tinggi duduk.
Si kecil yang belum cukup kuat menopang tubuhnya akan memaksakan salah satu
kakinya untuk menyangga seluruh berat tubuhnya. Akibatnya tungkai bawah dan
pergelangan kaki saja yang terlatih, sehingga terjadi ketidakseimbangan
kekuatan otot (
muscle imbalance).
Koreksi sebelum 5 tahun
Kelainan kaki sebaiknya diketahui sebelum si kecil berumur 2 tahun dan
sebaiknya perbaikan atau koreksi dilakukan sebelum umur 5 tahun. Jika anak
sudah berusia di atas 7 tahun, terapinya memakan waktu lebih lama dan
pencapaian target terapi tidak maksimal karena putaran atau rotasi tulangnya
makin sedikit.
Tindakan yang dapat dilakukan
Jika kita mencurigai ada kelainan pada kaki si kecil, jangan ragu berkonsultasi
dengan dokter. Secara bertahap, dokter akan menganalisa penyebabnya dengan
bertanya kepada orangtua. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan pada kaki untuk
mengetahui sudut kaki, dan arah rotasi atau putaran persendian lututnya. Lalu
dilakukan pemeriksaan
footprint dan
footscan. Gunanya untuk
mengetahui arah kaki anak saat berjalan serta titik berat tubuh.
Berikut beberapa tindakan koreksi yang bisa dilakukan:
1. Apabila sudutnya tidak normal
sesuai usianya maka perbaikan mulai dilakukan dengan membuatkan semacam sol di
dalam sepatu (insole) khusus sesuai dengan tingkat kelainan kaki yang diderita
anak. Pemantauan terhadap tindakan tersebut dilakukan selama 3 - 6 bulan.
2. Kelainan kaki X dan O. Jika
diketahui sejak dini dapat dikoreksi antara lain dengan memakaikan gips, sepatu
sol di dalam (insole) sesuai kelainan, sepatu
berpenahan besi (brace) untuk
menarik tulang ke posisi benar atau alat bebat tungkai agar tidak bergerak saat
tidur.
3. Untuk kaki datar/leper. Sejak
bayi atau sebelum belajar berjalan dapat memakai sepatu khusus dan alat bantu
koreksi AFO (ankle foot orthose). Kemudian saat belajar merangkak memakai
sepatu khusus sesuai perkembangan yang berpunggung tebal. Ketika merambat,
gunakan sepatu yang berpinggiran kokoh, dan bertumit kuat saat belajar
berjalan.
PERLU DIWASPADAI JIKAA....
1. Kaki masih berbentuk huruf O hingga anak berumur 18 bulan. Apabila ciri-ciri kecenderungan kaki O di luar batas
normal, segera koreksi sebelum si kecil berumur 2 tahun.
2. Tulang paha, tulang lutut dan arah kaki tidak berada pada satu garis lurus
dan tidak menghadap ke arah depan tubuh.
3. Sudut yang terbentuk antara tulang paha dan lutut lebih dari 8 derajat.
4. Jarak antara kedua tulang mata kaki bagian dalam lebih dari 4 cm. Kelainan
kaki X sering terlihat pada anak umur 3 tahun. Asalkan sudut pada tulang paha
dan tulang lututnya tidak lebih dari 8 derajat, jarak antara kedua mata kakinya
tidak lebih dari 4 cm dan tidak ada rotasi lutut berlebihan, maka kelainan kaki
si kecil ini dapat tumbuh dan berkembang normal tanpa terapi. Setelah melewati
usia balita, sudut yang terbentuk pada tulang lututnya seharusnya akan berkurang
secara bertahap.
5. Anak sering jatuh pada usia yang seharusnya sudah bisa berjalan dengan baik.
6. Anak sering mengeluh capek dan minta digendong.