Semakin hari, teknologi semakin lekat dalam kehidupan kita. Dan pada dasarnya, teknologi tercipta untuk membantu manusia dalam pekerjaannya. Namun, semakin berjalan waktu, teknologi juga menjadi suatu status sosial, atau ajang gengsi semata. Istilah kerennya, gadget kali yah. Ada tipe orang yang selalu up grade dengan teknologi yang up to date, tetapi ada juga yang tetap nyaman dengan teknologi yang ada dan belum waktunya untuk berganti ke level yang lebih tinggi. *And I’m the last one...hiks.. #nelangsa
*****
Sudah hampir 3 bulan, Bunda
bergelut sebagai seller di dunia online shop. Dan sekian kali mendapat
pertanyaan yang mirip, intinya sama: “Sist, minta pin BBnya dunk.. Biar bisa
tanya2 jualannya, dan minta potonya..”. Well, sorry guys, saya bukan pengguna
BB, dan perlu berpikir sekian kali untuk membeli BB. **Gak tertarik sama skali,, #no offense :pMemang, saya tipe orang yang betah di zona “nyaman”, tipe orang yg jarang up grade teknologi. *Tapi, tau perkembangan teknologi loh ya.. :p Awal2 BB hadir di Indonesia, agak gaptek sih, ketika banyak teman2 kampus minta pin BBM. Sempat bingung juga, emang sekarang perlu pakai pin ya kalau mau beli premium (BBM),,? Pikirku kala itu. Maklum, waktu itu cuma punya pin ATM. Hehehehe.. Tak hanya satu orang saja, berkali2 juga dirayu sahabat2 dekat, buat beli BB, biar bisa chatting, silaturahim, share info ini itu atau apalah. Padahal juga sering sms-an n Gtalk-an.. ^^
Bebe, smartphone, iphone atau apalah namanya, intinya tetaplah ponsel yang esensinya untuk telepon dan sms. Fitur internet, BBM, GPS, chatting, shop/store bawaan dari HP, games2 seru, etc merupakan tambahan layanan untuk memikat konsumen dengan kecanggihan yang dapat dilakukan dalam sebuah handphone. Dan untuk kecanggihan itu, selalu ada konsekuensinya: tambah biaya, butuh banyak energi, menggerogoti waktu kita, dan bisa membuat kecanduan.
Waktu singkat 24 jam sehari, dengan berbagai aktivitas padat di rumah-kantor-penitipan anak, yang kadang tak ada jeda. Nanti, ditambah lagi ada BB, smartphone n sebangsanya. Ampun dah, sudah mahal harganya, operasional biaya bulanannya, setrum juga boros, online terus,... Bentar2 denger nada notifikasi yang kadang noisy banget. Dengan hape jadul ini saja, saya akui, kadang menyita waktu, untuk sms, telepon, browsing.. Gimana kalo punya hape hi-tech.. Takut nanti ketagihan dan lupa waktu jika pakai yg lebih canggih, hahaha..
Memang belum waktunya untuk beralih kepada yang lebih canggih, selama yang lama jauh melebihi untuk menghasilkan karya (dan uang,,hihii..). Dari ponsel jadul ini, Bunda bisa jualan pulsa dan bisa tetap berhubungan dg calon pembeli. Dan dari hape kuno Ayah, Bunda biasa membajak opera mininya, untuk sejenak bermain di dunia maya dan menghasilkan karya, daripada smartphone sebatas bergaya. Ponsel itu smart atau nggak bukan saja tergantung apa fitur didalamnya beserta teknologinya, tetapi mengaca pada penggunanya. Ponsel saya jauh lebih smart menurut saya, sangat usefull buat saya, karena yang terbaik adalah apa yang anda punya.
**Ini hanyalah ungkapan kegalauan dalam ketidakmampuan menghadapi kenyataan. :p
**Ini hanyalah ungkapan kebodohan dibalik kecanggihan. Cerdasakan diri kita dengan apa yang kita punya.